Tips Menjadi Remaja yang Aktif dan Sukses

Gemar mempelajari hal baru dan suka menghadapi tantangan akan membuat kita termotivasi untuk berkembang dan pada akhirnya mencapai kesuksesan. Sayangnya para remaja terkadang kehilangan motivasi tersebut karena sudah lelah dengan tuntutan dari orang tua, sekolah, teman dan karena perubahan fisik yang sedang dialami. Terlebih lagi bila tujuan yang ingin dicapai masih buram dan terjadi jauh di masa depan, misalnya menjadi “individu yang berguna.” Bagaimana caranya agar remaja tetap termotivasi?

Pertama-tama, sadarilah tentang situasi dan kondisimu. Remaja yang sedang mengalami pubertas akan disibukkan dengan usaha menyesuaikan diri terhadap tuntutan fisik dan emosionalnya tersebut. Perubahan bentuk tubuh, higienitas pribadi (personal hygiene), tuntutan kedewasaan dari lingkungan sosial serta dorongan untuk membuktikan tingkat kedewasaan yang dimiliki adalah beberapa hal yang akan membuat seorang remaja sibuk dengan dirinya sendiri. Kondisi ini akan memunculkan motivasi-motivasi terkait situasi dan kondisi yang dihadapi secara langsung.

Patut dipahami bahwa motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang spesifik dan muncul dari dalam diri sendiri. Keinginan untuk melakukan sesuatu demi diri sendiri akan bertahan lebih lama dan lebih sulit dihilangkan dibandingkan dengan motivasi yang muncul akibat orang lain. Sebagai contoh, motivasi untuk dapat mengemudikan motor agar tidak  tergantung pada alat transportasi umum akan lebih kuat dibandingkan motivasi mempelajari bahasa Jepang demi mendekati teman lawan jenis. Motivasi-motivasi tersebut, walaupun kadang dianggap konyol, adalah hal yang perlu disadari dan dipahami keberadaannya.

Motivasi  akan tetap menjadi konsep semata bila tidak dibarengi dengan kegiatan nyata. Hal ini adalah hal kedua yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, remaja perlu mengetahui minat, kemampuan, bakat dan keterampilan yang mungkin mendukung motivasi tersebut. Contohnya, seorang remaja yang ingin mampu mengemudikan motor memerlukan akses kepada sebuah motor. Tanpa akses terhadap motor, ia tidak dapat mewujudkan keinginannya tersebut.

Remaja pada umumnya memiliki minat yang sangat luas, namun kurang  diselaraskan dengan kemampuan, bakat atau keterampilan pendukung yang dibutuhkan. Oleh karena itu, ia perlu membuat daftar prioritas minat dan menemukan suatu atau beberapa kegiatan yang sungguh-sungguh dapat ditekuni. Sebut saja kegiatan fotografi, kerajinan tangan, bercocok tanam, memasak, menulis dan lain sebagainya. Kembangkan keterampilan di bidang tersebut semaksimal mungkin. Namun, perhatikan pula kendala-kendala yang harus dihadapi. Bila kendala tersebut masih dapat diatasi, silakan dilanjutkan. Jangan bersibuk diri dan menghabiskan energi untuk menghadapi kendala yang tidak dapat diatasi karena selalu ada bidang lain yang dapat dijelajahi dan dikembangkan.

Sosok panutan dapat membantu remaja mengarahkan motivasi dan perhatiannya kepada bidang atau keterampilan yang ingin dikembangkan. Selain itu, sosok tersebut dapat mengubah motivasi yang tadinya buram menjadi sesuatu yang nyata dan pada akhirnya dapat mendorong diri sendiri untuk berusaha secara maksimal. Di era informasi seperti ini, banyak sosok panutan yang dapat ditemukan melalui internet. Carilah sosok yang sesuai dengan minat atau keterampilanmu, misalnya Susi Susanti untuk mereka yang berminat dengan bulu tangkis atau Andrea Hirata untuk mereka yang berminat dengan kegiatan menulis. Cari tahu tentang perjuangan mereka dalam meraih kesuksesan dan jadikan acuan dalam mengeksplorasi minat tersebut.

Setiap  pengalaman adalah pembelajaran dan tidak ada kegiatan yang sia-sia, bahkan bila tujuan kegiatan tersebut gagal untuk terwujud. Remaja sudah mampu melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri, untuk memikirkan capaian dan kegagalan serta pembelajaran yang diperoleh. Evaluasi tersebut dapat dimulai dengan bertanya kepada diri sendiri tentang kegiatan yang paling berkesan, kegiatan yang paling membanggakan atau pengalaman yang dianggap paling berharga karena membuat diri berkembang ke arah kedewasaan.

Jangan takut untuk meminta bantuan orang lain dalam proses evaluasi ini untuk mendapatkan penilaian yang objektif. Pastikan bahwa keputusan terakhir tetap berada di bawah kendali diri sendiri. Setelah evaluasi dilakukan, buatlah keputusan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Apakah ingin dipertahankan, ditingkatkan atau diganti? Setelah itu, lanjutkan petualangan. Selamat mencoba.

 

Penulis:

Veronica A.M. Kaihatu, S.Psi., M.si. (Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya)

Daftar Referensi

Duke, P. M. & Litt, I. F. & Gross, R. T. (1980). Adolescents’ Self-Assessment of Sexual Maturation. Pediatrics 66(6). Diunduh pada tanggal 2 November 2017 dari http://pediatrics.aappublications.org/content/66/6/918

Flaxington, B. D. (14 Maret 2016). 5 Foolproof Ways to Stay Motivated. (Artikel). Psychology Today. Diunduh pada tanggal 2 November 2017 dari https://www.psychologytoday.com/blog/understand-other-people/201603/5-foolproof-ways-stay-motivated

Hogg, M. A. & Vaughan, G. M. (2011). Social Psychology. England: Pearson Education Limited

Hurd, N.M., Zimmerman, M.A. & Xue, Y. J. (2009). Negative Adult Influences and the Protective Effects of Role Models: A Study with Urban Adolescents. Youth Adolescence 38(777). Diunduh pada tanggal 2 November 2017 dari https://doi.org/10.1007/s10964-008-9296-5