Psikologi UPJ Beri Pelatihan Psychological First Aid (PFA) untuk Relawan Tsunami Selat Sunda

Hari ini Sabtu 29 Desember 2018 berlangsung pelatihan Psychological First Aid (PFA) di Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya (PSI UPJ) bagi tim relawan tsunami Selat Sunda bekerjasama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) wilayah Banten untuk merespon kebutuhan penyintas (survivors) korban bencana.

PFA merupakan bantuan untuk mencegah agar guncangan pasca peristiwa stres ekstrim tidak berkepanjangan. Analogi PFA serupa P3K atau pertolongan pertama pada kecelakaan untuk luka psikologis yang menyebabkan shock. Sebagai intervensi psikologi singkat, praktis dan fleksibel; PFA memberi bantuan pada individu, keluarga dan masyarakat yang menderita yang baru saja mengalami peristiwa krisis, keadaaan darurat atau bencana. Yang terbaik adalah melanjutkan PFA dengan memberi layanan psikososial pemulihan trauma oleh kalangan profesional bidang kesehatan mental demi penanganan masalah jangka panjang.

PFA ini ditujukan untuk umum, bukan hanya kalangan psikologi, karena bantuan ini dapat dimanfaatkan semua orang. Narasumber pelatihan ini adalah Dra. Tri Iswardani M.Si. didukung Edward Andriyanto, M.Psi. dan Rahajeng Ikawahyu Indrawati, M.Psi. yang memandu sesi pelatihan pukul 08.00-16.00 WIB.

Pelatihan mencakup materi pengenalan penanganan bencana dan prinsip dasar pelaksanaan PFA diikuti contoh pengalaman di berbagai lokasi bencana. Relawan terdiri dari kalangan awam juga psikolog, sarjana psikologi dan mahasiswa psikologi agar menjadi penyedia layanan (provider) maupun pelatih (trainer) PFA.

Alex Nuradhi, M.Psi. mewakili HIMPSI Banten memaparkan rencana penanganan tsunami berbasis asesmen awal di Pandeglang, Serang dan Lebak serta lokasi lainnya antara lain menyiapkan satgas, contact center serta tenaga relawan. “PFA yang diberikan selaras kearifan lokal yang hidup di masyarakat diharapkan dapat menekan angka korban bencana,” demikian disampaikan Alex Nuradhi.

Sebagai tuan rumah, Kepala Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya Gita Soerjoatmodjo, M.A., M.Psi., menyampaikan, “Keikutsertaan PSI UPJ dalam kegiatan ini merupakan kontribusi meningkatkan kapasitas mahasiswa, lulusan sampai masyarakat umum.”

PFA bertujuan memberi keselamatan dan keamanan, mengurangi reaksi stres, menenangkan dan membuat nyaman serta menjalin koneksi ke sumber bantuan lain. Dengan PFA, kita dapat mengembangkan pemberdayaan diri, kemampuan adaptasi dan kemampuan mengatasi (coping) jangka panjang. Mendorong resiliensi dan mencegah komplikasi patologis adalah tujuan PFA yang nantinya menanamkan harapan (sense of hope). Hal ini dilakukan dengan model SFA (Safety, Function dan Action) yaitu memenuhi rasa aman, mendorong keberfungsian optimal serta memfasilitasi tindakan untuk mendukung pemulihan.

Pelatihan ini juga mengklarifikasi penanganan yang belum tentu tepat seperti hipnotis masal dan trauma healing. Pelatihan ini juga memberi tips agar para penyedia bantuan agar sensitif terhadap kebutuhan merawat diri sendiri (self-care). Dengan demikian, kesejahteraan diri dan keberfungsian tetap terjaga agar bisa memberikan pelayanan ke masyarakat tanpa menciptakan ketergantungan.