Seminar Remaja dalam Berpacaran

Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober yang dimotori Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Program Studi Psikologi UPJ (PSIUPJ), Himpunan Mahasiswa PSI UPJ dan Yayasan Pulih menyelenggarakan seminar Remaja Dalam Berpacaran. Seminar pertama bertema Percaya Diri Tanpa Harus Cemburu Berlebihan dan Posesif pada Pacar diikuti SMA 5 Tangsel diselenggarakan Selasa 11 Oktober 2016 dan seminar kedua Self-Respect: Belajar Menjadi Remaja yang Menghargai Diri diselenggarakan Kamis 13 Oktober 2016 diikuti SMK 10 Jaksel, keduanya di Aula UPJ pukul 09.00-13.00 WIB.

Seminar ini merupakan bagian dari mandat PSI UPJ - dengan ciri khas di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Sosial dan Psikologi Pendidikan - mengibarkan bendera urban lifestyle meningkatkan kualitas kehidupan (quality of life) masyarakat urban. Yayasan Pulih merupakan lembaga nirlaba yang fokus pada isu kekerasan dan intervensi psikososial, termasuk isu kekerasan dalam pacaran (date violence).

Remaja adalah periode perkembangan manusia antara usia 11-12 tahun hingga awal usia 20 tahun. Dalam masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. remaja melakukan integrasi perkembangan fisik, kognitif dan sosial emosional guna merancang masa depan mereka dan mencoba beraneka peran baru yang sesuai dengan gambaran diri. Hanya saja karena di masa ini remaja mengalami perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional; mereka tak jarang mendeskripsikan diri secara kontradiktif.

Hal-hal di atas mengakibatkan remaja rentan terhadap tekanan dan evaluasi teman sebaya, membandingkan diri sendiri dengan individu lain di sekitarnya, merasa tidak aman (insecurity) dengan diri dan lingkungan serta rentan masalah interpersonal seperti berkonflik teman sebaya dan merasa kesepian. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk membangun rasa menghormati diri sendiri (self-respect).

Di masa remaja ini, sebagian menjalin relasi pacaran. Relasi pacaran sehat memiliki karakteristik: (1) saling menghargai dan menyayangi satu sama lain, (2) ada ruang bagi individu untuk berkembang dan tetap jadi diri sendiri, (3) rasa nyaman pada diri sendiri dan diterima pasangan sehingga dapat membuka pikiran dan perasaan, (4) tidak ada rasa rendah diri apalagi tersakiti, (5) tidak ada keterpaksaan melakukan sesuatu, (6) didengarkan dan dipahami, dan (7) ada kesepakatan sebagai hasil pertimbangan bersama sehingga tidak berat sebelah ataupun merugikan salah satu pihak.

Remaja yang belum mampu mencapai self-respect rentan mengalami hubungan saling menyakiti atau disakiti (abusive), salah satunya kekerasan dalam pacaran. Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran adalah: (1) kekerasan fisik yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, dan luka berat hingga kematian; (2) kekerasan psikis yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat; (3) kekerasan seksual yaitu segala bentuk aktivitas seksual yang bertujuan menyerang seseorang terkait seksualitasnya dalam berbagai situasi; dan (4) kekerasan ekonomi yang mencakup pemanfaatan seseorang secara ekonomi/materi.

Dampak kekerasan dalam berpacaran antara lain luka fisik berat maupun ringan; murung, marah, takut, cemas, gelisah, menjadi tertutup, menghindari orang lain, menarik diri dari lingkungan dan depresi; tidak percaya diri, sulit berkonsentrasi, prestasi sekolah menurun; sampai melakukan perilaku berrisiko seperti mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi bahkan upaya bunuh diri.  

Mencegah kekerasan dalam berpacaran dimulai dari self-respect. Hal ini dilakukan dengan mengenali dan menerima diri sendiri, menggali kelebihan dan kelemahan diri dengan melakukan refleksi atas berbagai pengalaman maupun mendapatkan umpan balik, memperluas pergaulan dengan lingkungan sosial yang melakukan hal-hal positif serta berlatih bersikap asertif.