ROTAN SINTETIS RUANG BARU INDUSTRI FURNITURE LOKAL
Saat ini ekspor furniture Indonesia berada di kisaran 2 milyar dollar AS per tahun. Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 ekspor Indonesia telah mencapai 5 milyar dollar AS per tahun.
Pada pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2017 yang baru lalu Presiden Jokowi menekankan pentingnya strategi Indonesia dalam memasuki pasar global (poskotanews.com 11 Maret 2017). Saat ini ekspor furniture Indonesia berada di kisaran 2 milyar dollar AS per tahun. Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 ekspor Indonesia telah mencapai 5 milyar dollar AS per tahun. Menurut Presiden selain desain, faktor penting yang partut diperhatikan adalah harga. Indonesia perlu mempertimbangkan agar dapat berkompetisi dengan para pesaingnya dengan tetap mengendalikan pasar. Mengingat kondisi mebel nasional dalam kondisi terpuruk dan mengancam sekitar 2,1 juta orang yang menggantungkan hidupnya dari bahan alam kayu maka pemerintah harus belajar dari kegagalan ini agar dapat memperbaiki dikemudian hari.
ROTAN RIWAYATMU DULU DAN KINI
Furniture jenis kursi digunakan banyak dipilih sebagai produk yang bisa dirasakan kenyamanannya. Sebagai material bahan yang bercapur plastik lentur akan semakin mudah membentuk tekukan dan lekukan. Sifat bahan ini juga mudah diberi pewarna dan dapat disambung jika putus ketika pemasangan. Pengerjaan dengan tangan dan dibantu oleh mesin akan menghasilkan produk yang lebih variatif dan lebih cepat dalam produksinya.
Penelitian dilakukan didaerah yang memiliki sejarah lama dalam hal pembuatan mebel dan furniture di Indonesia dan Cirebon menjadi pilihan penulis dalam melakukan penelitian ini.
Keadaan industri kerajinan mebel dan kerajinan seharusnya memiliki rencana jangka pendek yaitu berkurangnya kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan bahan baku.
Klasifikasi Ilmiah Rotan: Kerajaan: Plantae. Filum: Tracheophyta. Kelas: Liliopsida. Ordo: Arecales. Famili: Arecaceae.
Klasifikasi industri rotan di Indonesia dapat dibedakan menjadi:
Pertama, industri antara yaitu industri pengolahan bahan rotan dan rotan setengah jadi. Bahan baku rotan yang dihasilkan melalui proses semi mekanis ini berupa rotan asalan rotan poles, hati rotan, kulit rotan, webbing, split, dan sejenisnya.
Kedua, industri mebel yang termasuk didalamnya adalah perabotan rumah tangga seperti sofa, meja, kursi, lemari, dan lainya.
Ketiga, industri kerajinan rakyat. Industri yang biasanya dikerjakan oleh masyarakat banyak ditemui di masyarakat pengrajin. Kerajinan berupa cendera mata sederhana masih memiliki kualitas yang harus dipoles agar mampu memiliki daya saing.
Industri mebel dan kerajinan sebagai penyumbang devisa dalam perekonomian NASIONAL
Total eksport furniture dunia 2011 adalah 107 Milyar USD eksport furniture Indonesia hanya 1.55 %
Total nilai eksport mebel dan kerajinan 2.55 Furniture USS 1.7 M (BPS) diperkirakan ekport kerajinan sekitar USS 850
Total kemampuan produksi mebel dan kerajinan :
Rp. 35,5 Trilyun diperkirakan nilai produksi kerajinan diluar mebel sekitar 13 Trilyun (berikut pasar domestik dan cenderamata turis mancanegara) (2,06 % PDB non migas)
Total penyerapan tenaga kerja langsung sekitar
449.246 orang dan pemyerapan tenaga kerja tidak langsung diperkirakan 2.000.000 orang.
(data CSIL, BPS diolah oleh AMKRI 2011)
Rotan olahan setengah berukuran batang besar atau kecil menjadi bahan baku utama industri kerajinan rotan. Rotan dipanen dengan benar agar memiliki kulit yang baik yaitu cerah dan tidek keriput dan melewati proses yaitu dimasak untuk mendapatkan hasil berkualitas. Dibutuhkan waktu antara 7 – 8 tahun bagi rotan yang masak untuk ditebang dan untuk rotan berdiameter kecil dan antara 12 – 15 tahun jika ingin mendapatkan batang berukuran lebih besar. Musim kemarau adalah waktu yang paling tepat untuk pemanenan karena musim ini sanagt baik bila diteruskan dalam proses penjemuran. Rotan alam yang berasal dari hutan pemanenannya dilakukan pada musim kemarau sehingga pokok pangkal bambu mudah lepas.
Rotan adalah tumbuhan yang biasanya berasal dari hutan dan terdapat banyak ragam genusnya (marga) yang dimiliki di Indonesia. Dari total 13 genus tumbuhan rotan diseluruh dunia, 8 diantaranya tumbuh di Indonesia.
Total jenis rotan yang terdapat di Indonesia saja sekitar 312 spesies dan sebagai tumbuhan yang termasuk tumbuhan dari famili Arecaceae (palem). Sebagai tanaman merambat dan menjadi benalu pada tumbuhan inangnya temat bergantung maka rotan juga tergolong benalu. Batangnya langsing dengan diameter antara 0,3-10 cm, beruas tapi tidak berongga dan berduri. Duri ini berfungsi sebagai pertahanan diri dan alat merambat. Rotan mencapai ratusan spesies marga yang berjumlah lebih dari 13 spesies.
Dari 312 jenis tumbuhan rotan yang tumbuh di Indonesia sebagian telah dimanfaatkan batangnya baik untuk diperjualbelikan di industri kerajinan, maupun digunakan secra lokal. Sebagai salah satu jenis bahan yang dipakai untuk membuat berbagai model perabot rumah dan furnitur dan interior. Material baku rotan ini merupakan hasil hutan yang tumbuhnya hanya di beberapa tempat di wilayah Asia, khususnya Indonesia.
Rotan masih menjadi salah satu primadona dalam industri furniture Indonesia bahkan dunia. Bahkan, Indonesia adalah negara yang mampu menyediakan rotan dengan kapasitas besar dan memiliki pasar market yang khusus di mancanegara. Artinya, rotan di Indonesia adalah suatu modal kerja yang dimiliki bangsa tetapi cenderung terlupakan. Sebagai tanaman yang tumbuh di iklim tropika di Indonesia maka Rotan alam sebaiknya terus dipelihara keberadaannya. Karena jika tidak maka terjadi masalah yang semakin sering terjadi adalah kelangkaan bahan baku rotan.
Rotan di Indonesia dimanfaatkan dalam bidang arsitektur, kerajinan disamping mebel furniture pada umumnya. Sebagai material dasar yang berguna untuk produk fungsi juga dipakai untuk seni missal : instalasi dan sebagainya. Rotan yang sekarang adalah suatu bahan yang memiliki ruang dan unsur nilai tinggi ketika sudah berada di tangan pengrajin ahli. Maka keberadaan rotan menjadi penting selain memajukan unsur kebudayaan lokal dari basis kerajinan juga dalam bidang interior.
Rotan yang sudah siap biasanya dikirim ke penampungan dan disini ditimbun untuk kebutuhan produksi selanjutnya. Tetapi penampungan juga bisa menjadi pertanda indikasi bahwa ketersediaan rotan berkurang atau cukup. Masalah lain adalah bahwa segala tumbuhan dan zat hidup termasuk rotan terdapat kandungan zat zelulosa dan zat pati yang merupakan sumber makanan bagi serangga seperti kutu bubuk rayap dan jamur. Solusi dengan fumigasi tidak selalu menyelesaikan masalah, maka cara lain adalah membuat rotan tiruan atau dikenal rotan sintetis sebagai alternatif mengatasi kelangkaan dan rasa keinginan memiliki furniture berbahan rotan.
Kebutuhan bahan baku rotan meningkat tetapi tidak disertai dengan tersedianya bahan baku di penampungan. Masalah lain adalah semakin banyaknya bahan baku rotan yang mudah terserang rayap, ternasuk serangan serangga, kutu busuk, serta jamur. Ini terjadi karena di dalam rotan terdapat kandungan zat selulosa dan zat pati yang merupakan sumber makanan bagi kutu bubuk, rayap, dan jamur. Solusi dengan fumigasi tidak serta merta menyelesaikan permasalahan rotan. Maka langkah lain yang telah banyak dilakukan adalah membuat rotan tiruan yang dikenal sebagai rotan sintetis.
ROTAN SINTETIS POTENSI BARU INDUSTRI FURNITURE
Untuk pasar lokal masih memiliki nilai penjualan yang stabil kadang ada lonjakan dari pemesan yang biasanya dari hotel dengan pemesanan unit lebih banyak, demikian penjelasan dari PT Indigo sebagai produsen rotan di Cirebon. Banyaknya permintaan produk furniture dengan bahan alam seperti kayu dan rotan mendorong semakin lajunya pertumbuhan produksi disuatu tempat. Tetapi banyak belum tergarap didaerah lain maka perlu ada badan pengelola yang bisa membagi kesempatan daerah lain agar lebih berpeluang memasarkan karyanya.
Dengan kelangkaan dan semakin mahalnya produk rotan asli bermutu maka dicarilah produk material yang dapat menyamai bentuk dan sifat rotan alam maka dibuatlah rotan sintetis. Selain harga lebih murah juga bisa mengikuti bentuk dan desain dari pemesan yang bisa jadi dari negara luar dengan eksport.
Rotan asli memiliki struktur alam pada kulitnya yang unik dan tidak sama tiap batangnya. Oleh sebab itu kekhasan tekstur dan warna yang hampir tidak pernah sama corak detailnya membuat material ini dijadikan karya indah pada produk mebel. Sedangkan Rotan sintetis. meskipun rotan sintesis merupakan produk tiruan, tetapi kualitasnya cukup bersaing dengan rotan asli. Kelebihannya adalah memiliki berat yang lebih ringan sehingga mudah dipindahkan dan tidak memiliki keterbatasan stok bahan.
Material rotan sintetis ini sangat sulit dibedakan jika diamati dari jarak cukup jauh sehingga kesan plastisnya tidak terlihat. Tekstur yang mirip dengan pola warna yang menyatu dengan warna batang sangat terlihat mirip dengan rotan asli. Karena rotan sintetis mudah dibuat dan ditiru maka pihak produsen hendaknya berhati-hati dalam memakai bahan jenis ini agar tetap memiliki nilai dan kualitas yang terjaga. Oleh sebab itu rotan sintetis menjadi pilihan yang menarik dalam memasarkannya terlebih bagi pemilik industry pembuatan mebel dan furniture dan sebagainya.
Polyethylene adalah bahan baku rotan sintetis yang lebih mahal dan bahan yang lebih murah adalah yang terbuat dari bahan PVC. Keduanya merupakan jenis bahan yang sering digunakan oleh perajin mebel dan furniture di daerah Cirebon dan sekitarnya, Yang perlu diperhatikan furnitur rotan sintetis adalah pada sambungan agar tidak rusak dan biasanya diikat satu persatu dan tidak memakai sejenis stapler.
eco-friendly merupakan isu yang sedang berkembang akhir-akhir ini. Tujuan dari konsep ini lebih ke arah perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial. Konsep eco ini di mana suatu produk didesain dan diproduksi dengan mempertimbangkan lingkungan serta dampak sosial. Dari sisi produksi bahan sintetis ini tidak akan mengalami kekurangan tetapi factor lain timbul dari sisa dan ampas material yang sudah jadi. Maka menjadi tugas kita agar menjaga kesinambungan alam dan lingkungan dengan cara selalu menjaga dan merawat lingkungan. Indonesia yang memiliki sumber alam melimpah masih menyimpan cadangan bahan alam yang tidak ada habisnya. Rotan sintetis dalam pengembangannya sampai sekarang terus diciptakan produk yang ramah lingkungan. Kekurangan bahan ini adalah bila terbakar masih meninggalkan bekas material yang belum aman oleh sebab itu terus dikembangkan produk dari bahan yang lebih ramah lingkungan. Keunggulan rotan sintetis ini adalah bobotnya yang ringan, menjadi lebih ringan dari sisi pengiriman, awet dan tahan lama, murah biaya perawatannya.
PELUANG DAN TANTANGAN
Rotan sintetis memberi peluang baru dalam memperluas industri furniture Indonesia maka oleh karena itu perlu ada regulasi tentang perdagangan dan pengadaan yang lebih signifikan agar bisa sampai pemanfaatannya untuk semua daerah di Indonesia.
Negara dengan pendapatan nilai jual furniture terbesar adalah :
Vietnam 6,9 USD
Malaysia 2,4 USD
Philipines 1,7 USD
Indonesia 1,6 USD
Singapore 1,6 USD
Sumber data : CSIL diolah oleh HIMKI 2016
Masalah yang semakin sering terjadi adalah kelangkaan bahan baku perabot rotan. Kebutuhan bahan baku rotan meningkat tetapi tidak disertai dengan tersediannya bahan baku dipenampungan. Masalah lain adalah semakin banyaknya bahan baku alam yangmudah terserang rayap, problem ini karena serangan serangga (Kutu, bubuk dll) dan jamur/mold/bluestain. Hal ini terjadi karena Rotan terdapat kandungan zat selulosa dan zat pati yang merupakan sumber makanan bagi kutu bubuk, dry termite dan jamur. Tetapi apakah dengan metode fumigasi sudah dapat mengatasi serangan serangga tersebut.
Maka alternatif adalah membuat rotan tiruan yang semakin lama kita kenal dengan nama rotan sintetis. Rotan jenis ini memiliki keunggulan bobot berat yang ringan sehingga lebih mudah dalam proses pengerjaan dan semakin ringan bobotnya dapat mengurangi biaya ongkos produksinya. Cara membersihkan rotan sintetis lebih mudah karena sifat bahan dasarnya dari plastik yang mudah dibersihkan dan tidak banyak alat-alat pembersihnya. Jika berdebu dan kotor cukup bersihkan dengan lap kain yang sudah dibasahi dengan air.
Penulis :
Teddy M Darajat
Universitas Pembangunan Jaya