Kuliah Tamu "Career Benefits from Broad-Based Learning through Liberal Arts"

Aula UPJ hari Selasa 9 Desember 2014 riuh rendah oleh mahasiswa, dosen dan staf yang bergabung membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota heterogen. Di bawah fasilitasi Prof Judith Puncochar dari School of Education, Leadership and Public Service di Northern Michigan University, Amerika Serikat, masing-masing kelompok mempraktikkan teknik diskusi Constructive Controversy. Dalam acara kuliah tamu “Career Benefits from Broad-Based Learning through Liberal Arts” yang diselenggarakan oleh Program Studi Akuntansi ini, kelompok dibagi menjadi dua sisi pro dan kontra atas satu isu dan saling menjelaskan dan mendengarkan. Setelah itu, kelompok saling bertukar posisi atas isu tadi, kembali mendengarkan dan saling menjelaskan. Baru setelah menjalankan proses tersebut, kelompok berkonsensus untuk memutuskan pendapat kelompok.

“Teknik diskusi seperti ini membangun kemampuan individu untuk bisa melihat satu isu dari sudut pandang yang berbeda. Saat bertukar posisi dari pro menjadi kontra, kita melakukan apa yang disebut perspective taking – mengambil sudut pandang. Tahap ini bisa jadi sulit bagi beberapa orang, tetapi dengan berlatih melakukan hal ini, maka diharapkan kita mampu menyelesaikan masalah secara konstruktif,” demikian dijelaskan oleh Prof Judith Puncochar yang merupakan psikolog pendidikan. Teknik diskusi ini merupakan salah satu metode Student-Centered Learning (SCL) atau pembelajaran  yang berpusat pada mahasiswa. Metode pembelajaran inilah yang didorong di Universitas Pembangunan Jaya (UPJ).

Melalui Student-Centered Learning, mahasiswa menjadi peserta aktif. Perkuliahan tidaklah pasif dimana dosen memberikan materi dan mahasiswa mencatat. Beberapa contoh dari metode SCL ini adalah belajar kolaboratif (collaborative learning) dan belajar berbasis pada proyek (project-based learning). Prof Don Faust dari Departemen Matematika dan Ilmu Komputer dari universitas yang sama menambahkan bahwa SCL membekali mahasiswa dengan keterampilan yang dibutuhkan sebagai warga Negara yang berperan aktif dalam demokrasi Indonesia yang boleh dibilang masih berusia muda. Menguatkan hal ini, Prof Mayling Oey menyatakan bahwa SCL secara khusus dan Liberal Arts secara umum memampukan mahasiswa agar dapat memiliki wawasan yang luas.

Laporan oleh: Bayu Edigani (PR)